Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya dalam mencapai suatu tujuan. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi kondisi kerja, dimana akan berhubungan dengan bagaimana karyawan menerima suatu gaya kepemimpinan, senang atau tidak, suka atau tidak. Di satu sisi gaya kepemimpinan tertentu dapat menyebabkan peningkatan kinerja disisi lain dapat menyebabkan penurunan kinerja. Secara relative ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda yaitu :
a) Otokrasi
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh atau sering disebut juga diktator
Ciri-ciri otokrasi :
- Semua penentu kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin
- Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap waktu
- Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bersama setiap anggota
- Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota.
Tipe otokrasi dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. tipe otokrasi keras, memegang teguh/keras prinsip-prinsip yang sudah diterapkan .
2. tipe otokrasi baik, mempunyai sifat selain otokrasi, ada beban pikiran lain untuk berbuat dan bertanggung jawab, baik terhadap bawahan.
3. Tipe otokrasi inkopeten, mempunyai sifat berusaha mendominasi orang lain, berusaha untuk berkuasa mutlakmemaksa bawahannya mematuhi semuaperintahnya tanpa mempertimbangkan kemampuan bawahan.
Penerapan kepemimpinan gaya otoriter dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak, sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik. Tetapi penerapan gaya otoriter dapat menimbulkan kerugian, antara lain berupa suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut timbulnya ketidakpuasan. Dalam hal ini Agarwal berpendapat bahwa penerapan kepemimpinan otoriter ternyata mengakibatkan merusak moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan, aktivitas, keluhan, absen, pindah, dan tidak puas.
Kepemimpinan gaya otoriter hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi terancam, apabila keadaan darurat telah selesai gaya ini harus ditinggalkan.
b) Demokratis
Adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
Ciri-ciri demokratis :
- Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin
- Kegiatan-kegiatan didiskusikan
- Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok
- pemimpin adalah obyektif atau “fact minded”.
Gaya kepemimpinan demokratis dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Ø tipe demokratis tulen mau mendengarkan masukan dari bawahan, menekankan rasa tanggung jawab, dan kerja sama yang baik pada setiap bawahan.
Ø tipe demokratis palsu, berusaha untuk menjadi demokratis. Kedemokratisannya tergantung pada emosi dan benyaknya beban pikiran atau masalah yang dihadapinya,
Seorang pemimpin yang demokratis menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka tugas san kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi. Seorang pemimpin yang demokratis melihat bahwa dalam perbedaan sebagai kenyataan hidup, harus terjamin kebersamaan. Nilai yang dianutnya berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia dengan cara manusiawi.
c) Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. Gaya ini membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya. Nilai yang dianutnya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pad dasarnya memiliki rasa solidaritas, mempunyai kesetian, taat pada norma, bertanggung jawab. Nilai yang tepat dalam hubungan atasan-bawahan adalah nilai yang didasarkan pada saling mempercayai yang besar.
Ciri-ciri Laissez Faire :
- Pendegasian wewenang terjadi secara ekstensif
- Pengambilan keputusan diserahkan kepada pimpinan yang lebih rendah
- Status quo organisasional tidak terganggu
- Pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada anggota organisasi
- Intervensi pemimpin dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimal
d) Birokratis
Suatu gaya yang ditandai dengan keterikatan yang terus-menerus kepada aturan-aturan organisasi. Gaya ini menganggap bahwa kesulitan-kesulitan akan dapat diatasi bila setiap orang mematuhi peraturan. Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan prosedur-prosedur baku. Pemimpinnya adalah seorang diplomat dan tahu bagaimana memakai sebagian besar peraturan untuk membuat orang-orang melaksanakan tugasnya. Kompromi merupakan suatu jalan hidup karena untuk membuat satu keputusan diterima oleh mayoritas, orang sering harus mengalah kepada yang lain.
Pemimpin yang birokratis percaya bahwa setiap orang dapat setuju dengan cara yang terbaik dalam mengerjakan segala sesuatu dan bahwa ada suatu sistem di luar hubungan antarmanusia yang dapat dipakai sebagai pedoman. Dalam hal ini pedoman tersebut adalah peraturan- peraturan dan tata cara.
Peranan Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi
19.15 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar